Senin, Juli 02, 2012

Sebuah Kata Maaf untuk Dia yang Kelak Akan Menjadi Pendamping Hidupmu (2)

Setelah ku publish note yg pertama, banyak yang bertanya pada ku "Ada apa...", "Siapa...", "R U okay??", dan banyak jenis pertanyaan lain dan beragam komentar lainnya. Hehe, terima kasih kawan atas perhatian kalian. Namun sekali lagi ku katakan. Ini hanyalah sebuah catatan sebagai hasil perenungan ku selama beberapa saat lamanya. Sebuah perenungan atas sebuah rasa "suka" kepada seseorang yang semestinya (mungkin) tak ku hadirkan rasa itu untuknya.


Kenapa? Karena ku rasa saat ini bukan hak ku tuk menyukainya. Aku tidak ingin menghadirkan rasa itu karena menurut ku orang yang boleh ku hadirkan rasa itu untuknya adalah "suamiku" sendiri karena kadang aku berfikir jika ternyata akhirnya orang yang ku sukai itu bukan yang menjadi suami ku, betapa kasihannya nanti dia yang menjadi suami ku karena dia mendapatkan rasa "suka" dan "sayang" ku setelah orang lain yang mendapatkannya. Aku juga merasa kurang pantas terhadap orang yang juga akan menjadi "istri" dari orang yang ku sukai kelak. Kenapa? Yaaah, aneh saja rasanya jika ku menyukai orang yang seharusnya akan menjadi "suami"nya itu. Seakan "mencuri" ,atau apalah namanya itu, darinya. I cheat from her. It is not fair for me, I think.

Sebenarnya mungkin bukan masalah jika aku menyimpan rasa suka padanya. Namun, entah mengapa aneh rasanya menyukai seseorang yang belum tentu menyukai kita. Kadang aku berfikit, let it flow saja. Tapi nyatanya ternyata hal itu sulit juga. Melupakan kita pernah menyimpan rasa suka kepada seseorang tentu akan cukup sulit. Ada banyak tantangan dan rintangan yang mesti dilalui untuk itu. Akan tetapi jika itu sudah telewati pasti akan sangat berkesan bagi yang merasakannya. Saat ini aku sedang beusaha untuk melakukannya. Meski sering juga aku "mencuri" pandang lagi padanya. Hahaha, belajar melupakan rasa itu tapi tetap ingin mengetahui keberadaannya. Lucu ya??

Sayang, siapapun kamu yang nantinya akan menjadi pendamping hidupnya, aku betul-betul mengucapkan maaf padamu. Mungkin ini adalah salah satu kekhilafan ku ketika ku mencoba untuk mengakrabkan diri dengannya. Semua sepertinya sebuah skenario tapi entah mengapa meskipun mungkin jika ku tahu ini adalah sebuah skenario khusus buat ku namun aku tetap merasa senang dengannya. Seungguh, mohon maafkan aku atas sikap ku ini. Aku seakan merasa telah "mengambil" sesuatu milikmu. Aku tak ingin ini terjadi karena aku juga tak ingin jika "sesuatu" yang seharusnya menjadi milikku diambil orang lain. Egois memang, namun itulah aku. Apa yang terjadi padaku saat ini ku coba balikkan jika seandainya aku menjadi kamu. Sungguh tak nyaman rasanya jika orang yang seharusnya menjadi suami kita "dilirik" orang lain. Hahaha, membayangkan hal yang belum terjadi sungguh menggellikan yah?? Hmmm, mulai kelihatan deh betapa egoisnya aku. Susah juga jika kita sebagai manusia dilarang untuk bersosialisasi dengan orang lain ya?? Seakan terkungkung kebebasan kita. Haaaaaah, dasar. Belum apa-apa, aku sudah berfikir untuk mengatur-atur kehidupan orang lain. Apa yang akan terjadi selanjutnya jika itu benar-benar terjadi padaku?? (-_-)"

Girl, aku sungguh menyukainya. Namun rasa suka itu tak ingin ku jadikan sebuah taruhan ataupun keharusan agar aku bisa memilikinya. Tidak. Aku hanya ingin menyimpan rasa itu dan membiarkannya. Kenapa? Karena sekali lagi ku katakan, rasa itu seharusnya seutuhnya ku berikan kepada orang yang akan menjadi suami ku nanti. Siapa dia, aku pun masih belum tahu. Hanya DIA yang tahu semuanya. Jika pun kelak ternyata dia-lah yang akan menjadi suami ku, maka rasa itu akan ku berikan saat dia telah memiliki hak terhadap rasa itu. Tapi, again, semua itu adalah rahasia-NYA dan tidak ada satu makhluk pun yang lebih tahu dibanding diri-NYA.

Sayang, seperti yang orang biasa katakan (namun aku ingin mengatakannya sendiri tanpa ada kesan bahwa aku meniru orang lain), aku memang menyukainya. Namun aku tidak berharap jika ia "harus" bersama ku. Ia adalah manusia juga, yang bisa mencari dan memilih sendiri hidup dan kebahagiaannya. Aku bukanlah siapa-siapa yang berhak untuk memutuskan apa yang seharusnya dan sebaiknya ia lakukan atau putuskan. Aku hanya mengharapkan kebahagiaan dan semua yang terbaik dalam hidupnya. Ada rasa bangga di hatiku jika ia bisa berhasil melalui apa yang menjadi pilihannya. Itu adalah hidupnya dan ini adalah hidupku. Masing-masing kami sudah memiliki jalan yang semestinya dilewati. Apapun yang terjadi di dalamnya sepenuhnya adalah karena apa yang telah kami pilih untuk dilakukan. Seorang teman pernah memberitahukan ku sebuah kata bijak yang dia kutip dari perkataan Siddhartha Gautama "Diri kita adalah akibat dari apa yang sudah kita pikirkan". Yah, aku sepakat dengan hal itu karena jauh sebelum aku mendapatkan kalimat itu aku sudah berfiki jika apapun yang kita fikirkan tentang diri kita maka itulah yangg akan terjadi padanya. Jika kita berfikir diri kita bisa melalui semua rintangan dan cobaan hidup maka Insya Allah kita bisa melaluinya. Begitupun dengan hal lainnya. Eh, tapi jika aku berfikir bahwa dia yang akan menjadi suami ku dan aku adalah istrinya, apakah hal itu bisa terjadi padaku apa tidak ya?? Hehe, that's Allah's secret... (^_^)

Apakah aku sudah mengatakan banyak hal padamu? Apakah ini sudah cukup jelas bagimu, sayang? Masih ada yang kau ingin tahu, kau ragukan atau masih terasa mengganjal di hatimu? Tenang. Kau bisa menanyakan hal itu padaku. Aku malah berharap jika suatu saat aku bisa bertemu denganmu dan menceritakan banyak hall padamu, tentang ku, tentang dia, tentang kami dan tentang semua yang pernah ada di sekitar kamu. Sungguh menyenangkan bila itu bisa tejadi. Ku harap kita bisa menjadi teman baik dan ku harap kita tak akan menjadi saling benci karena Allah sangat tidak menyukai hamba-NYA yang saling membenci. Aku menyayangimu, saudara ku. Aku tidak ingin merusak kebahagiaan mu dan aku akan selalu berdoa atas kebahagiaan kita semua dan atas ridho Allah swt. terhadap kita semua. Amiiin. :)


#sudah dipublikasikan pada 24 Oktober 2010 di http://adrianimutmainnah.blog.com/2010/10/24/sebuah-kata-maaf-untuk-dia-yang-kelak-akan-menjadi-pendamping-hidupmu-2/

Tidak ada komentar: