Senin, Juli 30, 2012

Mengejar Umeda (Sebuah Kisah di Balik Perjalanan ke Hiroshima) :-D

Bismillahirrahmanirrahim...

~ Kepada teman-teman dan semua pihak yang sudah membatu dalam peristiwa "Mengejar Umeda" ini, saya, Adriani Mutmainnah, mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala bantuan dan bimbingannya selama proses "pelarian" ini. Tanpa kalian aku tidak akan mencapai Umeda di waktu yang tepat. Tulisan ini ku tujukan terutama untuk kalian. Sekali lagi terima kasih banyak. Arigatou gozaimasu, minna-san ~

Seperti yang sebelumnya ku katakan jika segala bentuk perjalanan ku untuk mencapai Hiroshima banyak diilhami oleh proses "pelarian" ke sana kemari mencari lokasi yang akan dituju. Setelah sampai di lokasi tujuan pun terkadang masih memerlukan tenaga dan energi ekstra untuk mencapai titik akhirnya. Untuk itu, kepada semua pihak yang terlibat, ku harap momen ini bisa membuat kalian bisa lebih bangga kepada diri sendiri karena telah membantu saya mencapai si-Umeda itu (narsis lagi euuuuy). Khususnya untuk saya pribadi, saya merasa bersyukur mengenal kalian semua. Kalian adalah orang-orang terbaik yang dikirim ALLAH dalam misi pencapaian ku ke Hiroshima. :-)

"Pelarian" ku bermula usai terawihan di Mesjid Osaka. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 10.20 menit. Setelah makan dan persiapkan diri lagi, mas Rizal mengatakan jika dia akan mengantarkan saya untuk bertemu dengan si-Umeda Sky Building East. Untuk itu, dia pamit mengambil mobilnya yang dia parkir di sekitar wilayah mesjid, tapi aku pun tak tahu itu di mana. Selang beberapa lama akhirnya beliau datang dan saat itu sepertinya waktu sudah menunjukkan hampir pukul 10.30. Kami pun menunggu sejenak karena ada jamaah yang ingin ikut hingga ke Umeda (atau ke mana yah itu hari?) tapi dia mesti berbelanja dulu. Lalu kami pun berangkat ke lokasi sekitar pukul 10.35. Mas Rizal lalu menelfon ke operator (kaya'nya sih) untuk menunjukkan arah agar bisa sampai di lokasi USBE itu. Akhirnya di GPS mobilnya telah tergambar sebuah peta bergaris merah muda yang menunjukkan arah dari lokasi awal kami memulai perjalanan itu. Belum berapa lama berjalan, aku mencoba untuk bertanya lokasi Family mart terdekat (di Jepang hanya ada Family mart yang tersebar di beberapa titik tapi tidak menjamur seperti di Indonesia) karena aku ingin membeli pasta gigi. Ingat cerita sebelumnya? Pasta gigi dan hand body-ku tertahan di bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Akhirnya mas Rizal menunjukkan jalannya dan atas perkataan Daruchan akhirnya yang turun membeli pasta gigi itu adalah mas Sony (thank you so much mas-mas semuanya). Ternyata yang dia beli pasta gigi sekalian sikat giginya dalam satu tempat (sepertinya di Indonesia juga biasa dipaketkan seperti tu). Namun aku cukup heran karena pasta giginya cukup kecil. Belakangan baru ku tahu jika pasta giginya tidak perlu digunakan banyak-banyak karena dengan sedikit saja sudah bisa menjangkau semua bagian mulut. Indonesia sepertinya tidak begitu deh..

Selanjutnya setelah urusan beli-membeli sudah selesai, kami pun melanjutkan perjalanan ke USBE itu. Karena waktunya sudah cukup mepet dengan waktu check-in yang seharusnya, maka mas Rizal mencoba untuk mempercepat laju kendaraannya. Dalam mobil suasana juga ikut tegang (meski yang seharusnya tegang hanya diri ku) karena semua juga ikut mengalami "pelarian" ini. Di Jepang walaupun telatnya hanya 1 menit itu tetap tidak akan dilayani (sekali lagi beda dengan Indonesia). Akhirnya dengan sabar walaupun tegang, mas Rizal tetap memacu mobilnya. Dalam hati aku terus berdoa semoga aku masih bisa check-in karena waktu sudah menunjukkan hampir pukul 11.00. Akhirnya ketika sampai ke Umeda Sky Building aku pun turun ditemani oleh Daruchan dan mas Sony (sekali lagi terima kasih banyak mas-mas berdua). Aku pun pamitan kepada mas Rizal dan beberapa orang Indonesia lain (lupa namanya :-D). Lalu Daruchan dan mas Sony membantu membawakan tas dan koperku yang lumayan sangat berat itu. Dengan berlari-lari kecil kami menuju lift. Aku agak kesulitan mensejajari "pelarian" mereka berdua karena selain cukup lelah, aku pun menggukan sepatu dengan hak sekitar 3 / 5 cm (tidak disarankan untuk menggunakan sepatu sejenis ini dalam pelarian. sebaiknya kalian menggunakan sepatu flat saat berlari). Jadi aku hanya bisa melihat mereka berdua berlari dan dalam hati aku merasa lucu serta terharu juga. Mereka berdua hanya teman yang baru ketemu di atas kereta tapi dengan rela menemani dan membantu ku untuk melakukan "pelarian" ini.

Singkat kata, mas Sony segera berlari menuju konter check-in dan menanyakan prosesnya. Tapi ternyata sodara-sodari "pelarian" kami belum berhenti sampai di situ. Bangunan yang kami sangka USBE itu adalah USB di sisi satunya. Yang USBE itu berada di seberang jalan dan jika dnegan berjalan kaki itu membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menuju ke sana. Akhirnya Daruchan kembali menelfon mas Rizal untuk mnjemput kami. Karena arah pergerakan mobilnya mas Rizal berbeda, akhirnya kami lah yang kembali berlari untuk dapat mencapai lokasi mobil mas Rizal. Sungguh "pelarian" yang cukup melelahkan saat itu. Kami kembali masuk ke dalam gedung, naik eskalator, lalu masuk ke dalam lift sambil membawa koper dan segala tetek bengeknya. Akhirnya kami menemukan lokasi mobil mas Rizal dan kembali kami harus berlari mengejar waktu karena waktu sudah menunjukkan pukul 11.20 (kalau tidak salah). Setelah di dalam mobil mas Rizal pun kembali menyalakan GPS mobilnya. Dengan tetap mengikuti arah garis merah jambu itu mas Rizal memacu mobilnya sambil meminta maaf atas kekhilafannya yang tidak tahu lokasi USBE itu. Aku jadi merasa tidak enak kepada beliau (maaf mas) dan ikut meminta maaf atas kerepotan yang sudah ku timbulkan ini.

Dengan hati yang terus berdoa semoga masih ada waktu, kami terus melaju. Saat itu tiba-tiba mas Sony kembali memperhatikan tiket bus yang ku pegang dan dia menyebutkan tulisan yang tertera di situ "Start Boarding 23.00 - Finish Boarding 23.50". Lalu mas Rizal berdoa semoga waktu boardingnya itu benar sampai pukul 23.50 dan berangkatnya setelah itu. Dalam hati pun aku berdoa semoga memang seperti itu adanya (maklum orang baru naik bus di Osaka dan yang lain pun katanya jarang naik bus). Setelah berputar-putar selama beberapa lama akhirnya kami menemukan USBE itu. Mas Rizal mencoba mengantar ku hingga depan kantor dari bus itu tapi kami di-stop oleh seorang petugas wanita karena ternyata mobil selain busnya tidak diperbolehkan masuk. Akhirnya mas Rizal pun kembali meminta maaf kepada petugas yang bersangkutan. Saya pun turun bersama Daruchan dan mas Sony (mereka sudah seperti body guard ku kaya'nya.. XD). Kami kembali segera berlari menuju konter check-in dan - taddaaaa - akhirnya aku bisa check-in juga. Alhamdulillahirabbilalamin..

Karena sudah check-in, aku sudah bisa sedikit bernafas lega. Bagaimana tidak, aku sudah bisa membayangkan jika "pelarian" ku ini telah berakhir. Namun ternyata "pelarian" ini masih harus berlanjut beberapa saat lagi. Setelah dari meja konter, Daruchan dan mas Sony menemani ku menuju bus yang dituju (kembali dengan berlari-lari kecil dan semangat 45). Sambil membawa barang kami hanya bisa tertawa melihat segala hal yang barusan sudah terjadi. Sesampainya di depan bus pun ternyata aku masih belum bisa naik karena belum waktunya. Aku masih harus menunggu terlebih dahulu di dalam bangunan tadi (depan konter check-in itu ada ruang tunggu lwoh) dan menunggu hingga panggilan untuk naik ke bus berbunyi. Kembali lagi kami tertawa namun kali ini dengan tawa yang lebih besar (mungkin menyadari kebodohan kami). Lalu dengan berjalan sedikit lebih pelan dari "pelarian" kami sebelumnya, kami menuju ruang tunggu tersebut. Sesampainya di dalam, kami mencari tempat yang bagus untuk duduk lalu mulai sedikit melonggarkan aliran nafas. Tarik nafas - hembuskan - tarik nafas - hembuskan. Begitu terus selama beberapa kali (ini acara senam yah). Daruchan lalu menyerahkan koper ku dan meletakkannya di tempat yang mudah ku jangkau. Setelah itu, mas Rizal pun berpamitan yang diikuti Daruchan dan mas Sony. Mereka berpesan agar menelfon jika ada sesuatu yang ku perlukan atau ada yang terjadi pada ku dan aku pun berjanji akan melakukannya, jika dibutuhkan. Setelah itu kami berpisah dan dari luar mereka melambai pada ku. Aku pun membalas lambaiannya dan dalam hati mengucap syukur atas bantuan mereka itu. Sungguh nikmat & karunia ALLAH swt tak terbatas untuk ummat-NYA. Tak berapa lama setelah ditinggalkan oleh mereka, panggilan untuk naik ke bus pun berbunyi dan aku pun melangkah menuju bus sambil membawa barang-barang ku. Setelah menitipkan koper dan ransel ku di bagasi serta naik ke dalam bus dan duduk di kursi yang telah disediakan, aku pun mencoba menggunakan fasilitas yang ada pada kursi itu. Teman di samping ku (ga tau namnya siapa tapi terima kasih atas bantuannya) lalu menunjukkan caranya dan membantu ku dengan kursi itu. Setelah ku dapatkan posisi yang enak dan nyaman, aku pun menelfon untuk mengabari keberadaan ku di atas bus kepada mas-mas tadi. Kembali mereka berpesan agar aku hati-hati dan menelfon jika terjadi sesuatu. Sungguh aku merasa sangat senang dan terharu atas perhatian dan bantuan mereka ini.

Perjalanan ku ke Hiroshima pun kembali berlanjut dan kisah ini masih akan berlanjut terus-terus-terus dan terus. Kisah berikutnya akan ku ceritakan di waktu dan tempat yang berbeda. Sekali lagi, terima kasih atas bantuan dari semua pihak yang terlibat. Arigatou gozaimashita, minna-san. (^___^)v

.... To Be Continued

Tidak ada komentar: