Kamis, September 19, 2013

Tentang Sebuah "Rasa"

17 September 2013
Bismillahirrahmanirrahim.

21.30 WITA ....
Saat ini aku sedang mendengarkan lagu dari Shimokawa Mikuni berjudul Mouichido Kimi ni Aitai dari album Minamikaze. Lagu ini adalah original soundtrack dari sebuah anime berjudul Full Metal Panic. Apakah ada yang pernah menontonnya? Aku pernah dan aku menyukainya. Jalan ceritanya yang menarik dan para tokohnya yang unik membuatku senang menontonnya. Sungguh sebuah anime yang selalu ku kenang. Namun aku bukan akan membahas anime itu di sini. Mengapa ku sebutkan? Ya, karena saat ini aku sedang mendengarkan lagunya dan membuatku santai menulis. Ah, sungguh tenang. Cobalah suatu saat kalian ikut mendengarkannya saat sedang santai, resah ataupun bahagia. Semoga ketenangan yang ku dapatkan saat aku mendengarkan lagu ini juga dapat kalian rasakan.

Hei, aku hendak menuliskan beberapa kisah. Entah sudah berapa lama aku tidak menulis lagi. Aku rindu untuk melakukannya. Ada banyak yang ingin ku sampaikan dan hanya bisa ku sampaikan lewat tulisan. Ya, aku sungguh saat ingin melakukannya saat ini. Mengapa? Karena ada banyak yang tersimpan di kepala ku yang harus segera ku keluarkan. Aku ingin bercerita, namun apa daya “keterbatasan” ku untuk bersuara kepada seseorang menghambat keinginan ku. Maka aku putuskan untuk menulis saja.


Saat ini sedang terputar Dearest dari Hamasaki Ayumi. Kali ini dari album OST – Inuyasha. Ya, aku juga suka dengan anime ini namun sekali lagi aku tidak akan membahas hal itu. Itu bukan niat awalku. Aku ingin mencurahkan sebagian “isi” kepala ku di sini, bukan yang lain.

Proses pencapaian impian sungguh tidak mudah. Kadang kita mendaki di tempat yang terjal, kadang menurun di lembah yang curam, kadang berjalan di jalan yang lurus dan mulus, dan kadang pula kita harus berhent sejenak. Seperti itu pula lah dengan diri ku. Ada banyak mimpi yang ingin ku raih, ada banyak cita-cita yang belum ku gapai, namun itu semua tetap berada di dalam kepala ku. Mimpi dan cita-cita ku tetap tersimpan lama dan rapi namun ia tidak hilang. Salah satunya mimpi dan cita-cita ku adalah untuk merasakan indahnya panggilan “sayang” hanya dari seseorang yang memanggil ku “istri ku” dan aku pun menyebutnya “suami ku”. Ya, mungkin ada yang berpendapat “Kenapa tidak panggilan itu dari orang lain?”, “Kenapa harus suami yang memanggil seperti itu?”, “Bagaimana jika seorang kawan perempuan yang memanggil seperti itu?”, atau “Wah, bagus itu. Luar biasa sekali.”, dan saya yakin masih ada pendapat lain yang akan muncul dari pernyataan ku tadi. Tentu saja, setiap diri kita berbeda dan punya persepsi masing-masing terhadap satu kalimat. Namun, aku ingin mengatakan sesuatu. Aku ingin dipanggil “sayang” hanya oleh keluarga ku, juga termasuk “Lelaki yang satu-satunya untuk ku”. Dia yang nanti akan menjadi imam ku dan imam keturunan kami kelak. Hanya itu, tidak dari yang lain. Panggilan itu tentu saja berbeda makna jika diucapkan oleh kawan perempuan. Kata “sayang” dari kawan perempuan bermakna rasa yang dicurahkan kepada kita selayaknya saudarinya. Berbeda jika diucapkan oleh keluarga ku, terutama oleh belahan jiwa ku. Belahan jiwa yang ku maksud di sini bukan orang yang sekedar mengatakan pada ku (dan pada mu juga saudara-saudari ku) “Engkau adalah belahan jiwa ku, tak ada yang lain di hatiku”. Bukan, bukan itu. Belahan jiwa yang ku maksud adalah dia yang mengatakan itu tapi bukan di depan ku (dan kamu juga) langsung dan datangnya tidak sendiri. Dia adalah orang yang datang dengan gagah berani menemui orang tua kita bersama dengan sanak keluarganya sambil berbicara dari hati ke hati. Ya, hanya dari orang itulah aku sangat ingin mendengarkan panggilan “sayang”. Jadi, maaf - maaf saja ya jika ada yang so’ ingin mengatakan “sayang” pada ku. Kurang tepat jika kamu katakan di depan ku lebih dulu. Yang tepat adalah kamu datang menemui orang tua ku dan mengenal ku lewat mereka. Setelah itu, barulah engkau mencoba mengenal ku langsung. Bukan apa-apa, tapi aku pernah mendengarkan sebuah nasehat yang mengatakan bahwa “Jika engkau ingin mengetahui pribadi seseorang maka kenalilah cara keluarga mereka dalam memperlakukan dirinya”. Ya, aku sepakat dengan ini. Mengapa? Karena hubungan keluarga itu dapat sedikit menggambarkan seperti apa nanti hubungan yang akan terbentuk. Mungkin ketika hubungan baru itu terbentuk bisa saja ia berubah, namun ini dapat juga menjadi pertimbangan untuk menentukan pilihan. Bukankah seperti itu?

Saat ini yang terputar adalah lagu dari OST - Shaman King berjudul Trust You. Pernah menontonnya? Aku pernah dan aku menyukainya. Tokoh utamanya adalah Yoh Asakura dan memiliki saudara kembar bernama Hao Asakura. Tapi sekali lagi bukan itu yang akan ku bahas dan ku sampaikan kepada kalian. Apa yang ingin ku tulis adalah hal yang berada di dalam kepala ku. Sungguh sedikit mengganggu pikiran ku jika tidak segera ku keluarkan. Untuk itulah aku menulis ini.
 Adakah yang bisa menduga apa yang kira-kira sebenarnya ada di pikiran ku dan kemana arah pembicaraan ku ini? Ada? Atau setidaknya menebak apa yang saat ini ku rasakan? Mungkin ada yang bisa menduga-duga hal ini. Baiklah aku bilang saja. Aku membuat tulisan ini untuk menjadi bahan renungan akan apa yang saat ini sedang ku rasakan. Saat ini aku sedang dilanda sebuah ujian dalam proses “menjaga hati”. Ya, seperti yang sudah ku katakan sebelumnya jika aku hanya ingin mendapatkan panggilan “sayang” dari keluarga dan belahan jiwa ku. Maka dari itu pula lah aku akan memberikan “hati” ku hanya pada keluarga ku dan kepada seseorang yang nantinya akan menjadi imam ku. “Hati” ini hanya ingin ku berikan kepada mereka sehingga aku harus menjaganya dengan sebaik-baiknya agar ia tidak “dirampok” oleh orang yang tidak seharusnya dan tidak pantas mendapatkannya. “Dirampok” yang ku maksud adalah ketika sesuatu yang menjadi milik kita diambil “paksa” oleh orang lain dengan sepengetahuan kita. Lantas, mengapa aku mengatakan seperti itu? Jawabannya mudah. Karena aku berfikir jika “hati” ku telah ku berikan pada orang lain yang tidak dan belum seharusnya, maka belahan jiwa ku hanya mendapatkan “sisa hati” ku yang pernah ku berikan kepada orang lain. Bukankah akan kasihan si belahan jiwa ku jika ia mendapatkan apa yang sempat diambil orang lain? Apakah aku akan senang jika belahan jiwa ku yang Insya Allah akan menemani ku hingga maut memisahkan hanya mendapatkan sebagian sedangkan orang lain yang belum menjadi siapa-siapa ku yang sah mendapatkan sebagiannya? Bukankah ini tidak adil? Aku yakin kalian bisa menebak apa jawaban-jawaban ku. Ya, aku kasihan pada belahan jiwa ku jika ia mendapatkan “separuh hati”yang pernah ku berikan pada orang lain dan aku tidak senang akan hal itu karena itu tentu tidak akan adil baginya. Aku pun berharap hal itu terjadi pada ku terhadap dirinya. Tapi hanya ALLAH SWT yang Maha Tahu akan apa yang ada di hati dan jiwa hamba-hamba-Nya. Hei, sekali lagi tolong jangan mengartikan belahan jiwa ini dalam makna yang tidak pada tempatnya ya. Sekali lagi belahan jiwa itu bukan orang yang sekedar mengatakan itu di hadapan kita akan tetapi orang yang memberanikan diri mengatakan itu di depan orang tua kita lebih dahulu lalu menjadikan kita halal bagi dirinya dan dia halal bagi kita. Itulah makna belahan jiwa sejatinya.

Saat ini lagu yang sedang terputar adalah I am oleh Hitomi Yaida dari OST - Inuyasha. Aku sangat senang dengan anime yang satu ini. Semua list ku saat ini adalah lagu-lagu berbahasa Jepang. Meski aku tidak begitu mengerti makna dari setiap kalimatnya namun aku menyukai lagunya dan membuatku tenang dan aku merasa ringan untuk menulis karenanya.

Kawan, saat ini aku menyimpan rasa “suka” terhadap seseorang. Hei, ini hanyalah rasa “suka” dan sebatas rasa suka saja ya jadi tolong tidak usah dilebih-lebihkan. Rasa “suka” yang saat ini sedang ada hanya sebatas itu. Maksud ku, ia tidak akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih. Mengapa? Karena aku ingin menghindarinya bahkan jika bisa ingin ku hilangkan. Jika aku terus memelihara rasa “suka” itu maka sekali lagi aku takut jika ia berkembang menjadi rasa yang lain yang tidak seharusnya tumbuh dan berkembang sebelum waktunya. Aku sungguh takut dan tidak menginginkan hal itu terjadi karena aku ingin menyimpan rasa “suka” ku untuk seseorang yang telah halal untuk ku nanti, belahan jiwa ku, imam ku kelak. Rasa takut itu sungguh besar karena rasa itu bisa saja membesar diakibatkan oleh hasutan dari “makhluk halus” yang tidak kita sadari keberadaannya. Siapa yang tahu akan keberadaannya dan apa yang telah diakibatkan oleh pekerjaannya. Maka dari itu aku ingin menghindari dan menghilangkan rasa ini, segera, secepat mungkin agar “rasa khusus” itu tetap terjaga hanya untuk keluarga ku, belahan jiwa ku, agama ku, Rasul ku, dan tentu saja ALLAH SWT, Tuhan ku.

Saat ini Aluto dengan lagunya Michi sebagai OST – Naruto Shippuden sedang mengalun dan tadi ada Karenai Hana dari Shimokawa Mikuni dalam OST – Full Metal Panic. Lagu-lagu ini terputar dan membuat hati ku senang dan tenang. Ah, sungguh nyaman.
Sedikit penjelasan untuk kalian dari ku. Untuk ku, rasa “suka” itu jika terus disimpan dan “dirawat” lama kelamaan dia akan menjadi rasa “sayang”. Dan jika rasa “sayang” itu terus tumbuh dan terawat dengan baik maka suatu saat ia tentu saja akan berubah menjadi rasa “cinta”. Maka dari itu, aku perlu hati-hati dalam menanamkan rasa “suka” terhadap seseorang. Ia hanya boleh tertanam untuk dia yang telah menjadi pendamping hidup ku. Rasa kagum terhadap seseorang bisa saja berubah menjadi rasa “suka” dalam sekejap tanpa disadari. Hindari selagi bisa, jauhi dan alihkan pikiran ke hal-hal lain yang lebih bermakna dan bermanfaat. Jangan disimpan dan dipelihara dalam hati terus. Nanti jika ia dibiarkan maka ia akan menjadi dosa lwoh. Bahaya. Mending memendam rasa yang saat ini ada dibanding nanti harus menahan rasa sakit akibat dosa dan kesalahan yang kita perbuat saat ini. Naudzubillah min dzalik.

Saat ini ada Minamikaze dari Shimokawa Mikuni yang sedang terputar. Ah, jadi ingat serial Full Metal Panic lagi. Sebuah kisah yang lucu dalam anime itu, tapi aku tidak akan menceritakannya. Penasaran? Silakan dinonton dan dinikmati sendiri.

Mata ku sudah lelah malam ini. Badan ku sudah tidak ingin lagi berkompromi dengan tulisan-tulisan dan isi-isi di kepala ku ini. Semoga esok aku masih bisa melanjutkannya lagi. Ya, ku harap esok aku masih bisa menulis dan menuangkan apa yang ada di pikiran ku. Aku ingin membaginya agar dapat dijadikan bahan renungan dan menjadi pelajaran bagi semua. Semoga kita tidak terjebak dalam “virus” hati dengan tetap membiarkan rasa “suka” itu terus berkembang dan tidak pada tempat yang semestinya. Semoga apa yang ada pada diri kita disesuaikan dengan tempatnya masing-masing. Yakinlah jika ada seseorang yang terbaik dan sepantasnya kita dapatkan. Yakinlah jika semua itu sudah diatur oleh yang Maha Mengatur dan Maha Kuasa atas segala ciptaan-Nya, ALLAH SWT.. Yakinlah dan teruslah bersabar. Insya Allah suatu saat IA akan menunjukkan jalan pertemuan itu pada kita dan membimbing kita ke arah yang lebih baik. ALLAH itu Maha Tahu, ALLAH itu Maha Kuasa, ALLAH itu Maha Mengatur, dan ALLAH itu Maha Besar di atas segala apa yang ada di jagad raya ini. Tiada yang melebihi diri-Nya. Laa hawla walaa quwwata illabillah.

Terakhir ada lagu dari Kat-Tun mengalun sebagai penutup catatan ku malam ini berjudul Heart Beat dari album Love Yourself. Semoga ALLAH SWT. senantiasa menerangi jalan kita, membimbing dan meridhoi amalan kita, serta menganugerahkan kita hati, jiwa dan pikiran yang terus mengingatkan kita akan diri-Nya. Teruslah berusaha dan berkarya karena sebaik-baiknya ummat adalah yang memiliki banyak manfaat bagi ummat lainnya. Yakinlah ALLAH SWT. dekat dengan kita (bahkan lebih dekat dari urat nadi) dan mengetahui apa yang kita inginkan dan apa yang terbaik untuk kita. Semangat Semangat Semangat SemangKa. Q ^_^ Q

~ Keep smile, try, pray, believe then let it fly away ~

23.51 WITA ....

Tidak ada komentar: