17
September 2013
Bismillahirrahmanirrahim.
21.30 WITA ....
Saat
ini aku sedang mendengarkan lagu dari Shimokawa
Mikuni berjudul Mouichido Kimi ni
Aitai dari album Minamikaze. Lagu ini adalah original soundtrack dari sebuah anime
berjudul Full Metal Panic. Apakah ada
yang pernah menontonnya? Aku pernah dan aku menyukainya. Jalan ceritanya yang
menarik dan para tokohnya yang unik membuatku senang menontonnya. Sungguh
sebuah anime yang selalu ku kenang.
Namun aku bukan akan membahas anime
itu di sini. Mengapa ku sebutkan? Ya, karena saat ini aku sedang mendengarkan
lagunya dan membuatku santai menulis. Ah, sungguh tenang. Cobalah suatu saat
kalian ikut mendengarkannya saat sedang santai, resah ataupun bahagia. Semoga
ketenangan yang ku dapatkan saat aku mendengarkan lagu ini juga dapat kalian
rasakan.
Hei,
aku hendak menuliskan beberapa kisah. Entah sudah berapa lama aku tidak menulis
lagi. Aku rindu untuk melakukannya. Ada banyak yang ingin ku sampaikan dan
hanya bisa ku sampaikan lewat tulisan. Ya, aku sungguh saat ingin melakukannya
saat ini. Mengapa? Karena ada banyak yang tersimpan di kepala ku yang harus
segera ku keluarkan. Aku ingin bercerita, namun apa daya “keterbatasan” ku
untuk bersuara kepada seseorang menghambat keinginan ku. Maka aku putuskan
untuk menulis saja.
Saat
ini sedang terputar Dearest dari
Hamasaki Ayumi. Kali ini dari album OST –
Inuyasha. Ya, aku juga suka dengan anime
ini namun sekali lagi aku tidak akan membahas hal itu. Itu bukan niat awalku.
Aku ingin mencurahkan sebagian “isi” kepala ku di sini, bukan yang lain.
Proses
pencapaian impian sungguh tidak mudah. Kadang kita mendaki di tempat yang
terjal, kadang menurun di lembah yang curam, kadang berjalan di jalan yang
lurus dan mulus, dan kadang pula kita harus berhent sejenak. Seperti itu pula
lah dengan diri ku. Ada banyak mimpi yang ingin ku raih, ada banyak cita-cita
yang belum ku gapai, namun itu semua tetap berada di dalam kepala ku. Mimpi dan
cita-cita ku tetap tersimpan lama dan rapi namun ia tidak hilang. Salah satunya
mimpi dan cita-cita ku adalah untuk merasakan indahnya panggilan “sayang” hanya
dari seseorang yang memanggil ku “istri ku” dan aku pun menyebutnya “suami ku”.
Ya, mungkin ada yang berpendapat “Kenapa tidak panggilan itu dari orang lain?”,
“Kenapa harus suami yang memanggil seperti itu?”, “Bagaimana jika seorang kawan
perempuan yang memanggil seperti itu?”, atau “Wah, bagus itu. Luar biasa
sekali.”, dan saya yakin masih ada pendapat lain yang akan muncul dari
pernyataan ku tadi. Tentu saja, setiap diri kita berbeda dan punya persepsi
masing-masing terhadap satu kalimat. Namun, aku ingin mengatakan sesuatu. Aku
ingin dipanggil “sayang” hanya oleh keluarga ku, juga termasuk “Lelaki yang
satu-satunya untuk ku”. Dia yang nanti akan menjadi imam ku dan imam keturunan
kami kelak. Hanya itu, tidak dari yang lain. Panggilan itu tentu saja berbeda
makna jika diucapkan oleh kawan perempuan. Kata “sayang” dari kawan perempuan
bermakna rasa yang dicurahkan kepada kita selayaknya saudarinya. Berbeda jika
diucapkan oleh keluarga ku, terutama oleh belahan jiwa ku. Belahan jiwa yang ku
maksud di sini bukan orang yang sekedar mengatakan pada ku (dan pada mu juga
saudara-saudari ku) “Engkau adalah belahan jiwa ku, tak ada yang lain di
hatiku”. Bukan, bukan itu. Belahan jiwa yang ku maksud adalah dia yang mengatakan
itu tapi bukan di depan ku (dan kamu juga) langsung dan datangnya tidak
sendiri. Dia adalah orang yang datang dengan gagah berani menemui orang tua
kita bersama dengan sanak keluarganya sambil berbicara dari hati ke hati. Ya,
hanya dari orang itulah aku sangat ingin mendengarkan panggilan “sayang”. Jadi,
maaf - maaf saja ya jika ada yang so’ ingin mengatakan “sayang” pada ku. Kurang
tepat jika kamu katakan di depan ku lebih dulu. Yang tepat adalah kamu datang
menemui orang tua ku dan mengenal ku lewat mereka. Setelah itu, barulah engkau
mencoba mengenal ku langsung. Bukan apa-apa, tapi aku pernah mendengarkan
sebuah nasehat yang mengatakan bahwa “Jika engkau ingin mengetahui pribadi
seseorang maka kenalilah cara keluarga mereka dalam memperlakukan dirinya”. Ya,
aku sepakat dengan ini. Mengapa? Karena hubungan keluarga itu dapat sedikit
menggambarkan seperti apa nanti hubungan yang akan terbentuk. Mungkin ketika
hubungan baru itu terbentuk bisa saja ia berubah, namun ini dapat juga menjadi
pertimbangan untuk menentukan pilihan. Bukankah seperti itu?
Saat
ini yang terputar adalah lagu dari OST - Shaman
King berjudul Trust You. Pernah
menontonnya? Aku pernah dan aku menyukainya. Tokoh utamanya adalah Yoh Asakura dan memiliki saudara kembar
bernama Hao Asakura. Tapi sekali lagi
bukan itu yang akan ku bahas dan ku sampaikan kepada kalian. Apa yang ingin ku
tulis adalah hal yang berada di dalam kepala ku. Sungguh sedikit mengganggu
pikiran ku jika tidak segera ku keluarkan. Untuk itulah aku menulis ini.
Adakah yang bisa menduga apa yang kira-kira
sebenarnya ada di pikiran ku dan kemana arah pembicaraan ku ini? Ada? Atau
setidaknya menebak apa yang saat ini ku rasakan? Mungkin ada yang bisa
menduga-duga hal ini. Baiklah aku bilang saja. Aku membuat tulisan ini untuk
menjadi bahan renungan akan apa yang saat ini sedang ku rasakan. Saat ini aku
sedang dilanda sebuah ujian dalam proses “menjaga hati”. Ya, seperti yang sudah
ku katakan sebelumnya jika aku hanya ingin mendapatkan panggilan “sayang” dari
keluarga dan belahan jiwa ku. Maka dari itu pula lah aku akan memberikan “hati”
ku hanya pada keluarga ku dan kepada seseorang yang nantinya akan menjadi imam
ku. “Hati” ini hanya ingin ku berikan kepada mereka sehingga aku harus
menjaganya dengan sebaik-baiknya agar ia tidak “dirampok” oleh orang yang tidak
seharusnya dan tidak pantas mendapatkannya. “Dirampok” yang ku maksud adalah
ketika sesuatu yang menjadi milik kita diambil “paksa” oleh orang lain dengan
sepengetahuan kita. Lantas, mengapa aku mengatakan seperti itu? Jawabannya
mudah. Karena aku berfikir jika “hati” ku telah ku berikan pada orang lain yang
tidak dan belum seharusnya, maka belahan jiwa ku hanya mendapatkan “sisa hati”
ku yang pernah ku berikan kepada orang lain. Bukankah akan kasihan si belahan
jiwa ku jika ia mendapatkan apa yang sempat diambil orang lain? Apakah aku akan
senang jika belahan jiwa ku yang Insya Allah akan menemani ku hingga maut
memisahkan hanya mendapatkan sebagian sedangkan orang lain yang belum menjadi
siapa-siapa ku yang sah mendapatkan sebagiannya? Bukankah ini tidak adil? Aku
yakin kalian bisa menebak apa jawaban-jawaban ku. Ya, aku kasihan pada belahan
jiwa ku jika ia mendapatkan “separuh hati”yang pernah ku berikan pada orang
lain dan aku tidak senang akan hal itu karena itu tentu tidak akan adil
baginya. Aku pun berharap hal itu terjadi pada ku terhadap dirinya. Tapi hanya
ALLAH SWT yang Maha Tahu akan apa yang ada di hati dan jiwa hamba-hamba-Nya. Hei,
sekali lagi tolong jangan mengartikan belahan jiwa ini dalam makna yang tidak
pada tempatnya ya. Sekali lagi belahan jiwa itu bukan orang yang sekedar
mengatakan itu di hadapan kita akan tetapi orang yang memberanikan diri
mengatakan itu di depan orang tua kita lebih dahulu lalu menjadikan kita halal
bagi dirinya dan dia halal bagi kita. Itulah makna belahan jiwa sejatinya.
Saat
ini lagu yang sedang terputar adalah I am
oleh Hitomi Yaida dari OST - Inuyasha. Aku sangat senang dengan
anime yang satu ini. Semua list ku
saat ini adalah lagu-lagu berbahasa Jepang. Meski aku tidak begitu mengerti
makna dari setiap kalimatnya namun aku menyukai lagunya dan membuatku tenang
dan aku merasa ringan untuk menulis karenanya.
Kawan,
saat ini aku menyimpan rasa “suka” terhadap seseorang. Hei, ini hanyalah rasa
“suka” dan sebatas rasa suka saja ya jadi tolong tidak usah dilebih-lebihkan. Rasa
“suka” yang saat ini sedang ada hanya sebatas itu. Maksud ku, ia tidak akan
berkembang menjadi sesuatu yang lebih. Mengapa? Karena aku ingin menghindarinya
bahkan jika bisa ingin ku hilangkan. Jika aku terus memelihara rasa “suka” itu
maka sekali lagi aku takut jika ia berkembang menjadi rasa yang lain yang tidak
seharusnya tumbuh dan berkembang sebelum waktunya. Aku sungguh takut dan tidak
menginginkan hal itu terjadi karena aku ingin menyimpan rasa “suka” ku untuk
seseorang yang telah halal untuk ku nanti, belahan jiwa ku, imam ku kelak. Rasa
takut itu sungguh besar karena rasa itu bisa saja membesar diakibatkan oleh
hasutan dari “makhluk halus” yang tidak kita sadari keberadaannya. Siapa yang
tahu akan keberadaannya dan apa yang telah diakibatkan oleh pekerjaannya. Maka
dari itu aku ingin menghindari dan menghilangkan rasa ini, segera, secepat
mungkin agar “rasa khusus” itu tetap terjaga hanya untuk keluarga ku, belahan
jiwa ku, agama ku, Rasul ku, dan tentu saja ALLAH SWT, Tuhan ku.
Saat
ini Aluto dengan lagunya Michi sebagai OST – Naruto Shippuden sedang mengalun dan tadi ada Karenai Hana dari Shimokawa Mikuni dalam OST –
Full Metal Panic. Lagu-lagu ini terputar dan membuat hati ku senang dan
tenang. Ah, sungguh nyaman.
Sedikit
penjelasan untuk kalian dari ku. Untuk ku, rasa “suka” itu jika terus disimpan
dan “dirawat” lama kelamaan dia akan menjadi rasa “sayang”. Dan jika rasa
“sayang” itu terus tumbuh dan terawat dengan baik maka suatu saat ia tentu saja
akan berubah menjadi rasa “cinta”. Maka dari itu, aku perlu hati-hati dalam
menanamkan rasa “suka” terhadap seseorang. Ia hanya boleh tertanam untuk dia
yang telah menjadi pendamping hidup ku. Rasa kagum terhadap seseorang bisa saja
berubah menjadi rasa “suka” dalam sekejap tanpa disadari. Hindari selagi bisa,
jauhi dan alihkan pikiran ke hal-hal lain yang lebih bermakna dan bermanfaat. Jangan
disimpan dan dipelihara dalam hati terus. Nanti jika ia dibiarkan maka ia akan
menjadi dosa lwoh. Bahaya. Mending memendam rasa yang saat ini ada dibanding
nanti harus menahan rasa sakit akibat dosa dan kesalahan yang kita perbuat saat
ini. Naudzubillah min dzalik.
Saat
ini ada Minamikaze dari Shimokawa Mikuni yang sedang terputar.
Ah, jadi ingat serial Full Metal Panic
lagi. Sebuah kisah yang lucu dalam anime itu, tapi aku tidak akan
menceritakannya. Penasaran? Silakan dinonton dan dinikmati sendiri.
Mata
ku sudah lelah malam ini. Badan ku sudah tidak ingin lagi berkompromi dengan
tulisan-tulisan dan isi-isi di kepala ku ini. Semoga esok aku masih bisa
melanjutkannya lagi. Ya, ku harap esok aku masih bisa menulis dan menuangkan
apa yang ada di pikiran ku. Aku ingin membaginya agar dapat dijadikan bahan
renungan dan menjadi pelajaran bagi semua. Semoga kita tidak terjebak dalam
“virus” hati dengan tetap membiarkan rasa “suka” itu terus berkembang dan tidak
pada tempat yang semestinya. Semoga apa yang ada pada diri kita disesuaikan
dengan tempatnya masing-masing. Yakinlah jika ada seseorang yang terbaik dan
sepantasnya kita dapatkan. Yakinlah jika semua itu sudah diatur oleh yang Maha
Mengatur dan Maha Kuasa atas segala ciptaan-Nya, ALLAH SWT.. Yakinlah dan
teruslah bersabar. Insya Allah suatu saat IA akan menunjukkan jalan pertemuan
itu pada kita dan membimbing kita ke arah yang lebih baik. ALLAH itu Maha Tahu,
ALLAH itu Maha Kuasa, ALLAH itu Maha Mengatur, dan ALLAH itu Maha Besar di atas
segala apa yang ada di jagad raya ini. Tiada yang melebihi diri-Nya. Laa hawla walaa quwwata illabillah.
Terakhir
ada lagu dari Kat-Tun mengalun
sebagai penutup catatan ku malam ini berjudul Heart Beat dari album Love
Yourself. Semoga ALLAH SWT. senantiasa menerangi jalan kita, membimbing dan
meridhoi amalan kita, serta menganugerahkan kita hati, jiwa dan pikiran yang
terus mengingatkan kita akan diri-Nya. Teruslah berusaha dan berkarya karena
sebaik-baiknya ummat adalah yang memiliki banyak manfaat bagi ummat lainnya.
Yakinlah ALLAH SWT. dekat dengan kita (bahkan lebih dekat dari urat nadi) dan
mengetahui apa yang kita inginkan dan apa yang terbaik untuk kita. Semangat
Semangat Semangat SemangKa. Q ^_^ Q
~ Keep
smile, try, pray, believe then let it fly away ~
23.51 WITA ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar