Bismillahirrahmanirrahim...
" Karena hidup untuk dinikmati dan diisi dengan hal-hal yang terbaik untuk hidup dan kehidupan kita, maka teruslah berjalan dan tetaplah tersenyum " (Adriani Mutmainnah)
Perjalanan hidup seorang manusia tidak hanya sebatas belajar di bangku pendidikan formal. Pelajaran dan ujian yang sebenarnya ada dalam proses memandang dan menyikapi hidup itu sendiri. Begitupun bagi seorang mahasiswa yang telah menyelesaikan masa perkuliahannya seperti diri ku. Perjuangan tidak hanya sebatas setelah mendapatkan gelar sarjana akan tetapi terus berlanjut hingga di luar urusan universitas.
Sedikit berbagi kisah dan pengalaman setelah melepas status sebagai seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri. Semoga bisa bermanfaat dan menjadi satu bentuk motivasi bagi siapa saja yang merasa dirinya tak mampu atau pun tak memiliki keahlian apa-apa. Percayalah, kalian memiliki kelebihan yang bahkan orang lain pun belum tentu memilikinya. Kalian menyadari itu atau tidak, semua tergantung pada diri kalian. Tapi cobalah untuk mengenali dan mempercayai diri kalian sendiri.
Di mulai ketika aku sedang mempersiapkan ujian akhir untuk mendapatkan gelar sarjana. Mungkin kalian bisa merasakan betapa besar tekanan dan beban bagi si calon sarjana. Entah itu dari dalam atau pun luar diri kita sendiri. Ya, kurang lebih seperti itulah yang ku rasakan saat itu. Di saat beban untuk menyelesaikan kuliah dengan segera semakin tinggi, fikiran lain terus mengisi kepala ku. "Mau jadi apa kamu selepas sarjana nanti? Mau kerja di mana? Apa mau menikah? Atau lanjut kuliah? Biaya hidup mu nanti bagaimana? Kamu punya apa untuk hidup mu nanti?" Pikiran semacam itulah yang juga ikut bergelayutan di kepala ku selama periode ini. Tak mudah untuk menghilangkan pemikiran-pemikiran ini karena memang hal itulah nanti yang akan ku hadapi setelah mendapatkan gelar sarjana. Bukan begitu? :-)
Perjalanan pengurusan berkas-berkas ujian sidang ku sempat terhambat. Ya, ini adalah hasil dari sikap acuh tak acuh ku dulu semasa kuliah. Pernah suatu waktu dalam sebuah mata kuliah yang aku "perdalam" bersama beberapa teman-teman angkatan ku, semua urusan mengenai berkas, nilai dan sebagainya mereka yang urus. Aku hanya mengikuti perkuliahannya dengan semangat yang "setengah penuh". Tugas-tugas ku kerja, ujian pun ku ikuti bersama kawan-kawan ku itu. Singkatnya kami tetap berusaha menyelesaikan mata kuliah tersebut dengan sebaik-baiknya. Dan akhirnya kuliah pun berakhir. Nilai sudah keluar walau hasilnya tidak terlalu buruk juga tak terlalu baik. Namun setidaknya kami bisa lulus, begitulah pikir kami. Lembar nilai yang diberikan si dosen dipegang oleh teman ku dan kami pun sepakat untuk mempercayakan sepenuhnya lembar itu kepadanya.
Waktu berlanjut dan ketika berkas ku sudah akan ku masukkan ke bagian akademik, saat pengecekan kelengkapan berkas ku ditolak. Kenapa? Ternyata blanko nilai mata kuliah tadi tidak pernah dimasukkan oleh akademik MKU ke akademik fakultas. Apa artinya? Artinya nilai yang disangka kemarin ada kini tidak bisa di-klaim karena akademik fakultas tidak memiliki arsip tembusannya. Walhasil aku pun disarankan untuk ke akademik MKU menanyakannya. Aku pun menurutinya. Tiba di sana ternyata hasilnya kurang lebih sama. Blanko nilainya tidak pernah masuk. Tebak kenapa? Ternyata blanko yang dulu belum disahkan dan dimasukkan ke akademik. Pusing, kesal, gelisah, sedih dan berbagai jenis perasaan bercampur jadi satu di dada. Tapi ku coba untuk tenang dan menarik napas dalam-dalam sambil berfikir "Mungkin ini salah satu rencana dari Allah swt. Pasti di belakang ini ada hal yang lebih baik untuk ku". Ya, itu yang selalu coba ku tanamkan di kepala ku.
Waktu berganti dan aku pun mengurus segala hal yang berkaitan dengan pengurusan nilai mata kuliah tadi. Aku pun akhirnya mengikuti perkuliahan lagi untuk kelas senior dengan status percepatan nilai. Awalnya aku khawatir dengan hasil akhirnya nanti meskipun materinya lebih dapat masuk di kepala ku dibanding sebelumnya karena aku tidak mengikuti salah satu ujian mata kuliah ini. Tapi aku terus meyakinkan diri ku "Apapun hasilnya nanti itulah hasil dari usaha terbaik ku". Alhamdulillah akhirnya aku bisa melaluinya dan lolos dengan nilai yang sangat memuaskan dibanding nilai yang sebelumnya ku dapat dan aku pun berpikir mungkin inilah hikmah dari nilai ku yang tidak masuk kemarin. Setidaknya bisa memperbaiki IPK ku nanti.
Urusan lain pun berlanjut. Berkas sudah lengkap dan siap semua. Tinggal ku masukkan untuk mendapatkan izin ujian sidang. Saat ini langkah ku sempat tersendat. Bagaimana tidak, sebuah undangan untuk mengikuti Summer Course di Hiroshima muncul di email ku setelah sebelumnya aku sempat mencoba untuk mendaftarkan diri ku sebagai calon pesertanya. Kesenangan karena bisa lolos ke kursus itu berhadapan dengan keinginan ku untuk segera membawakan ke hadapan Ibu ijazah kelulusan ku. Setelah bimbang selama beberapa saat akhirnya aku memutuskan untuk berkonsultasi dengan salah satu dosen ku. Ku ceritakan segala kejadian yang sedang ku hadapi. Untungnya beliau dapat memberikan ku saran yang baik. "Utamakan yang lebih penting.Selesaikan dahulu segala urusan yang berkaitan dengan pengeluaran izin ujian sidang mu." Mungkin kalian berpikir sayang melewatkan kesempatan untuk mengikuti kursus itu tapi hei aku tidak melewatkannya. Aku hanya berusaha menyelesaikan berkas ku terlebih dahulu sebelum mengurus berkas-berkas yang berkaitan dengan keikutsertaan ku di kursus itu. Ya, ini ku lakukan karena aku mengenal diri ku. Aku tak mampu untuk fokus dan menyelesaikan lebih dari satu masalah dalam satu waktu yang sama. Itulah kelebihan sekaligus kekurangan ku. ^_^
Akhirnya izin sidang ku keluar. Waktunya mengurus kesiapan keberangkatan ku ke negeri Sakura. Ini bukan perjalanan yang cepat dan mudah namun juga perjuangan yang sulit karena pertolongan dan petunjuk dari Allah swt. selalu ada bagi hamba-Nya yang mau berusaha. Selalu ada jalan dan selalu ada kemudahan dari setiap langkah kaki ku. Akhirnya visa keberangkatan ku pun keluar dan Alhamdulillah tidak ada biaya sepeser pun yang aku bayarkan saat mengambil paspor ku di kantor Konsuler Jenderal Jepang di Makassar. Aku seakan-akan bermimpi saat si ibu petugas mengatakan "Ini paspornya de'. Silahkan diambil. Biayanya tidak perlu dibayarkan. Gratis." Subhanallah. Percaya tak percaya aku memegang paspor ku dan mengucapkan terima kasih berulang-ulang kepada si ibu. Dengan wajah sumringah aku meninggalkan kantor KonJen. :-)
Kisah ku terus berjalan dan yang terjadi adalah seperti yang ku ceritakan sebelumnya dalam tulisan-tulisan ku tentang perjalanan ku untuk mengikuti Summer Course Hiroshima & Peace 2012. Bagi yang belum baca, silahkan dibaca ya. Siapa tahu bisa jadi motivasi juga buat kalian. (^___^)v
Seperti yang sebelumnya ku katakan, aku memutuskan menyelesaikan berkas sidang ku sembari mempersiapkan keberangkatan ku. Aku pun berdiskusi dengan dosen-dosen pembimbing dan penguji ku dan mereka mengizinkan ku sidang sekembalinya aku dari Summer Course itu. Lega hati ku karena dapat menyelesaikan dua kondisi berbeda dengan waktu yang cukup berdekatan. Sungguh suatu kebanggaan dapat mengikuti kursus yang diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa asing di beberapa negara sambil membawa nama Indonesia. Subhanallah, Allah selalu punya rencana terbaik dan terindah untuk kita walau kita meyakini hal lainlah yang terbaik untuk diri kita, maka sadarkan dan yakinkan diri kita jika Hanya Allah swt. lah sebaik-baiknya pembuat kisah terbaik dan terindah untuk kita, hamba-hamba-Nya. Yakin dan percaya akan itu. (^_^)☆
Kini, apa yang terjadi pada ku sekarang? Yang jelas setelah kembali dari Hiroshima aku mendapatkan banyak teman baru yang cerdas-cerdas serta menyenangkan dari berbagai penjuru dunia. Aku juga mengikuti sidang ku meski dalam detik-detik menjelang batas pemasukan berkas untuk wisuda. Wisuda pun ku lalui dengan penuh kebanggaan walau pun banyak orang menyangsikannya karena aku menyelesaikan kuliah ku lebih lama dibanding teman-teman ku yang lain, hampir 7 tahun, namun aku percaya ada banyak yang telah ku dapatkan dan beberapa hal yang ku sumbangkan untuk almamater kebanggaan ku, KM-FMIPA Unhas. Kini aku juga masih mengabdi sebagai salah satu I-SMART (Instruktur SMART) di Lembaga Belajar Primagama Daya, Makassar, sambil mempersiapkan rencana penelitian ku nanti. Ya, meskipun saat ini aku belum melanjutkan kuliah ke jenjang Master namun aku sedang mengupayakannya dan telah berkonsultasi beberapa kali dengan calon pembimbing ku nanti dari universitas yang akan ku tuju. Atmosphere and Oceanic Research Institute, Tokyo University. Insya Allah aku akan ke sana nanti nya, melanjutkan belajar sesuai bidang yang ku senangi. Untuk selanjutnya apa yang akan terjadi? Tidak ada yang tahu pastinya kecuali Allah swt. karena hanya Dia yang Maha Mengetahui lagi Maha Menciptakan rencana-rencana terbaik dan terindah untuk hamba-hamba-Nya. Mohon do'anya ya agar usaha dan langkah ku dimudahkan serta diberkahi oleh Allah swt., juga agar aku tetap kuat dalam melangkah dan terus berbagi kisah. Kisah selanjutnya, silahkan dinantikan ya. (((o(*゚▽゚*)o)))
~ Maka nikmat Tuhan mu yang mana yang engkau dustakan? (Q.S. Ar-Rahman) ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar