Bismillahirrahmanirrahim..
Hei
semua, apa kabar? Lama tak ku unggah sebuah tulisan setelah sekian lama. Ya,
karena banyak hal yang kini butuh banyak perhatian lebih sehingga untuk membuat
sebuah tulisan pun rasanya perlu waktu yang lama. Namun ya, ketika kita
terbiasa mengungkapkan sesuatu lewat sebuah tulisan dan tatkala hal itu jarang
kita lakukan lagi maka saat itulah kita akan merasakan ada sesuatu yang kurang
dalam hidup kita. Bukan kah begitu? J
Ya,
saat ini aku membuat tulisan ini untuk bercerita. Aku ingin berbagi dengan
kalian apa yang ku rasakan dan apa yang telah terjadi pada ku beberapa waktu
belakangan ini. Aku membuat tulisan ini bukan untuk sekedar pamer atau apalah
namanya itu. Seperti tulisan-tulisan ku sebelumnya, aku hanya ingin berbagi
kisah dan jika ada yang merasakan hal yang serupa dan menjadikannya sebagai
sebuah bahan refleksi diri, atau ada yang dapat dijadikan pelajaran bagi
kalian, maka di sanalah suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi ku,
bukan pujian, prestise atau apapun hal lain yang berbeda bentuknya. Bukan,
bukan itu.Sebuah kisah untuk berbagi dan dijadikan pelajaran untuk perbaikan
diri kita ke depannya, itulah yang ku inginkan. Hei, ini adalah sebuah catatan
perjalanan jadi mari kita hentikan basa-basi kita. Mari menceritakan kisah
nyata yang lain. Bukan kah sebaiknya begitu? ;)
Yups,
ini adalah sebuah catatan perjalanan ku saat aku telah beranjak semakin dewasa
dan di antara teman-teman seusia ku hingga yang usianya di bawah ku mulai
bertemu dengan jodohnya masing-masing dan mengikat kehidupan mereka dalam
sebuah janji suci untuk memperjuangkan perjalanan sehidup-semati mereka. Ya,
catatan ini terinspirasi dari kisah nyata saat orang-orang di sekitar mu telah
menemukan jodoh mereka dan memutuskan untuk menikah, sementara di saat yang
sama kamu masih mencari “dia”, seseorang yang engkau yakini tercipta untuk mu
dan akan menjadi satu-satunya untuk mu. Bagaimana itu bisa terjadi? Inilah
sepenggal kisah yang ingin ku ceritakan kepada mu. Semoga kalian dapat belajar
darinya.
Saat
satu persatu teman, sahabat, dan keluarga kita telah menemukan jodohnya dan menikah
dengannya serta berbahagia karenanya, tentunya kita akan turut merasakan
kebahagiaan itu, kegembiraan itu hingga rasa haru karena telah dapat bertemu dengan
sang penggenap separuh agama kita. Ya, menikah adalah salah satu jalan untuk
menyempurnakan separuh agama kita (dalam Islam kami yakini seperti itu).Karena
itulah, manalah mungkin kita tidak berbahagia akan berita itu. Manalah mungkin
kita akan menghalangi jalan itu, jika di antaranya kedua belah pihak tidak
saling menyakiti dan melukai pihak satu sama lain atau bahkan pihak yang lain?
Untuk apa kita berusaha merusak kebahagiaan orang lain jika kita tidak ada
alasan untuk melakukan itu dan jika taka da pihak lain yang menentangnya? Ya
untuk apa semua itu jika kita bisa saling berbagi kebahagiaan dan kegembiraan
dengan yang lain? Ikutlah berbahagia dengan mereka dan buatlah mereka senang
dengan kehadiran mu di antara kebahagiaan mereka. Itu akan lebih baik jika kita
dapat menyenangkan orang lain dan saling berbagi kebahagiaan. Bukankah begitu? J
Kembali
ke topik utama. Back to the main topic. Saat orang-orang di dekat kita telah
menggenapi separuh agamanya, tentunya kita akan turut bahagia dengan semua itu.
Akan tetapi, terkadang ada imbas yang perlu kita rasakan setelahnya, apalagi
jika kita menyandang status “single”, “jomblo” atau sebangsanya. Pernah kah
kalian mendapat kondisi seperti itu?Jika iya, pernahkah kalian mendapatkan
pertanyaan dan komentar seperti, “Kapan nikah?”, “Calonnya orang mana?”, “Ngga
niat untuk nyusul?”, “Kamu nanti acaranya dimana? Konsepnya seperti apa?”,
“Udah jangan lama-lama. Segera nyusul ya.”, “Eh, ingat loh. Nanti aku diundang
ya di acara nikahan kamu.”, atau “Kamu ngga iri sama si pengantin?” dan
pertanyaan dan komentar semacamnya. Bagi yang sering pergi ke acara nikahan dan
banyak kenalan dan kerabatnya, pertanyaan dan komentar seperti itu adalah hal
yang biasa dan sering ditemukan.Hanya kita perlu telinga serta kulit wajah yang
tebal untuk menghadapi serbuan berbagai situasi seperti itu.Bukannya jengah,
namun terkadang semua itu membuat kita merasa seakan mengatur sebuah pernikahan
adalah hal yang sangat gampang dan bisa dilaksanakan kapan serta dimana
saja.Hei, helloooooow, untuk mengatur sebuah tidak hanya bermodal daun pisang
dan daun mangga saja loh. Helloooooooow, mengatur sebuah pernikahan itu butuh
modal yang besar dan lebih apalagi modal keberanian untuk berbicara kepada
orang tua, keluarga, teman, calon pasangan serta kerabat yang lain.
Hellooooooow, pernikahan itu bukan hanya untuk sehari – dua hari, akan tetapi
butuh sebuah komitmen yang kuat untuk menguatkan pondasi rumah tangga mereka
agar kokoh hingga waktu yang lama, bahkan jika bisa hingga maut yang
memisahkan. Haiiiiiiiii, pernikahan itu tidak hanya melibatkan dua orang yang
akan menjadi pasangan suami – istri saja loh, akan tepai dua keluarga besar
dari kedua belah pihak serta pihak-pihak lain yang dipilih untuk membantu
kelancaran ijab qabul hingga resepsi pernikahan (jika ada) tersebut loh.
Heeeeiiiiii, bukan kah begitu? J
Hei
jujur, aku sering mendapatkan dan mendengarkan pertanyaan-pertanyaan dan
komentar-komentar yang serupa.Dan bukannya aku lelah dengan semua itu.Bukan,
bukan demikian.Akan tetapi, itu hanya membuat ku berfikir dan mengintrospeksi
diri ku sendiri, “Apakah orang-orang ini tidak meyakini akan takdir yang telah
ditentukan oleh ALLAH SWT.? Apakah orang-orang ini tidak meyakini bahwa kita
akan bertemu dengan jodoh kita masing-masing di waktu, tempat, cara dan situasi
yang tepat?”.Ya, semua itu membuat ku banyak berfikir dan mengoreksi diri ku
sendiri.Terkadang bahkan membuat ku berfikir, “Apa ada yang salah dengan ku?Apa
saja yang kurang dari diri ku? Mengapa saat ini belum bertemu juga dengan jodoh
yang tepat?”.Namun sekali lagi aku kembali pada keakinan awal ku, “Jodoh itu
kita yang mengusahakan akan tetapi hanya ALLAH SWT.yang dapat menentukan kita
berjodoh dengannya atau tidak. Semua akanada watunya.” Ya, itulah keyakinan
diri ku sendiri yang membuat ku lebih kuat dan lebih tegar menghadapi
pertanyaan dan komentar yang beraneka ragam.Tentu, saat mereka menyatakan hal
tersebut aku tidak dapat mengeluarkan kata-kata seperti itu secara gamblang dan
yang tercipta hanya sebuah senyuman di bibir (yang ku usahakan seindah mungkin
agar tidak merusak suasana hati sendiri) dan sebuah komentar “Jodoh, hidup,
mati, dan rejeki hanya ALLAH SWT.yang tahu. Jadi, jalani saja hidup ini apa
adanya. Semua akan ada dan akan indah pada waktunya.”. Ya, sebuah jawaban yang
mungkin terdengar klise namun bagi ku itu bermakna yang dalam dan setidaknya
akan menghindarkan kita dari berbagai pertanyaan yang lain. Namun, terkadang
juga kita menemukan sebuah situasi dimana si penanya tetap kekeuh mengajukan
pertanyaan dan komentar tambahan, “Aduuuh, memang tunggu apa lagi? Jangan
kelamaan loh.”.Hei, aku juga ingin menikah sesegera aku telah menemukan
calonnya.Tapi, ya itu. Untuk menemukan seseorang yang nantinya akan menjadi
pendamping hidup mu, separuh jiwa mu, belahan hati mu, dan alasan mu untuk
terus memperjuangkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, tidak semudah
membalikkan telapak tangan, tidak semudah ketika kita melihat seseorang yang
kita sukai lantas kita mengatakan, “Aku suka pada mu. Mau kah engkau menikah
dengan ku?”.Hei, tidak seperti itu caranya. Ini bukan negeri dongeng, kawan, yang
kisahnya tidak butuh banyak perjuangan dan akhirnya akan selalu bahagia. Hei,
bangun dari khayal mu dan sadari dunia nyata tidak seperti itu.Dunia nyata
butuh keberanian yang besar untuk dapat menyampaikan hal yang seperti
itu.Mengapa?Karena kita manusia biasa. Terkadang kita gugup ketika bertemu
dengan orang lain, terkadang bibir kita kelu saat ingin mengucapkan sesuatu,
dan terkadang apa yang ingin kita sampaikan maknanya tidak mengena pada orang
yang kita ajak bicara. Hei, bukan kah seperti itu kenyataaanya? ;)
Aku
bukannya hanya ingin mengejar karir dan tidak ingin segera menikah. Bukan, bukan
seperti itu kawan. Hanya saja saat ini aku belum menemukan orang yang tepat.
Pernah hampir aku mendapatkan sosok seperti yang ku inginkan, akan tetapi
karena kesalahan dan kebodohan ku dalam menilai kelebihan dan kekurangan
seseorang maka dia ku lepaskan. Sungguh, saat itu adalah saat dimana aku
benar-benar merasa bodoh sebagai seorang perempuan dan saat itu pula aku merasa
ada ruang kosong yang besar yang ia tinggalkan. Ya, mengutip kata-kata Darwis Tere Liye dalam beberapa novelnya
(termasuk novel “Rembulan Tenggelam Di Wajah Mu”) yang kurang lebih bunyinya
seperti ini “Ada seseorang yang ketika ia
pergi, maka ia akan membawa sepotong hati mu”.Seperti itulah yang ku
rasakan saat aku melakukan kekhilafan itu dan saat ia berlalu pergi dari lembar
hidup ku. Saat aku menyadari kenyataan itu, aku merasa sangat bersalah dan
merasa tak sanggup untuk bertemu dengannya. Bukannya karena sakit hati akan tetapi
karena rasa segan dan malu. Aku memang masih memikirkannya dan terkadang masih
ada keinginan untuk bertemu dengannya, namun aku merasa jika aku sudah tidak
punya hak lagi untuk melakukan hal-hal tersebut.Aku sudah tidak berhak lagi
untuk memikirkannya apalagi untuk menyakiti hatinya. Aku hanya merasa
berkewajiban untuk mendo’akan kebahagiaan serta jodoh terbaik untuknya dan
mendapatkan yang lebih baik dari ku agar ia dapat menciptakan keluarganya
sendiri yang Sakinah, Mawaddah wa Rahmah dunia dan akhirat. Ya, aku merasa
hanya dapat melakukan itu karena itulah yang tersisa dari keyakinan diri ku
untuknya.Aku tidak ingin merusak masa depannya lagi.Maka jika aku tersadar akan
kenyataan ini, aku hanya berharap akan kebahagiaannya dan aku juga meyakini “ Akan Ada Seseorang yang Lain yang Akan
Membawakan Sepotong Hati yang Baru Untuk mu “. Ya, aku meyakini hal
tersebut dan terus meyakini akan kehadiran seseorang yang bersedia membawa
sepotong hatinya untuk ku dan menggantikan sepotong hati yang telah hilang tadi.
I believe it and I’m sure ALLAH knows what thing that I need to be happy. Aku
yakin dan aku percaya ALLAH tahu apa saja yang aku butuhkan untuk emnjadi
bahagia. ALLAH SWT. Tahu apa yang ku butuhkan dan tahu apa yang terbaik untuk
diri ku. ALLAH SWT.knows what I need dan knows what the best thing for myself.Aku
berharap kalian setidaknya juga memiliki keyakinan yang serupa, taua paling
tidak keyakinan yang besar kepada ALLAH SWT.dan takdir yang telah IA tetapkan
untuk kita. Believe it and keep fight for it. ^_^
By the way, tulisan ku
ini sepertinya sudah cukup panjang. Entah adakah pelajaran atau hal menarik yang
kalian dapatkan dari tulisan ini namun aku sangat berharap jika ada manfaat
yang dapat aku bagikan kepada kalian dari pengalaman ku ini. For the last, I
want to wrote some else for us. J
1. Untuk ku, jika ada
yang mengatakan suka pada ku, aku hanya butuh untuk saling mengenal satu sama
lain tanpa ikatan apapun (selain pertemanan) dan jika memang dia telah yakin
pada ku maka akan lebih baik jika dia ku antarkan untuk bertemu, mengenal dan
saling berbincang dengan orang tua ku, keluarga ku serta kerabat terdekat ku.
;)
2. Untuk mu para
perempuan, jika ada seorang lelaki yang mengatakan “Aku suka pada mu”, jangan
langsung terbuai akan kata-kata nan indah dan penuh rayuan seperti itu. Sadarkan
diri mu akan seberapa besar ia mengenal mu. Berikanlah senyum terbaik mu dan
katakan padanya “Terima kasih. Silakan buktikan kata-katanya dan kenali lah aku
lebih dekat dari orang-orang terdekat ku”. Orang yang betul-betul menyukai kita
tidak hanya akan sekedar kata. Akan lebih baik jika kata “suka” itu karena ia
telah mengenal kelebihan dan kekurangan kita serta telah berniat untuk menjaga
dan membimbing kita ke jalan yang lebih baik, bukan sebaliknya. J
3. Untuk mu para lelaki,
jika engkau menyukai seorang perempuan, jangan hanya karena fisiknya saja.
Cobalah kenali mereka dari orang-orang terdekat mereka seperti orang tua,
saudara, keluarga, sahabat serta orang-orang terdekat lain yang telah mengela
mereka dengan lebih baik. Jika memang benar engkau suka mereka, simpan kata
suka itu hingga engkau dapat melamar mereka dan mengikat mereka dalam sebuah
pernikahan. Jika tidak, buang jauh-jauh kata suka itu karena itu tidak akan
banyak gunanya. J
4. Untuk kalian yang
sudah cukup dewasa dan telah dapat berfikir matang, jika kalian mendapat
pertanyaan “Kapan nikah?”, tersenyumlah dan jawablah “Jodohnya masih belum
dipertemukan oleh ALLAH SWT. saat ini. Insya ALLAH nanti akan ada waktu, cara, tempat dan
kondisi yang tepat saat aku dipertemukan dengannya.” Cobalah lakukan itu dan
yakinkan dalam hati mu kata-kata tersebut karena hanya ALLAH SWT. yang Maha
Tahu dan Maha Pengatur. ALLAH SWT. yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kita
dan akan memberi apa yang kita butuhkan, bukan sebatas apa yang kita inginkan.
Believe it. ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar