Selasa, Agustus 26, 2014

Sebuah Catatan Perjalanan : Ketika di Sekeliling mu Berbicara tentang Jodoh

Bismillahirrahmanirrahim..

Hei semua, apa kabar? Lama tak ku unggah sebuah tulisan setelah sekian lama. Ya, karena banyak hal yang kini butuh banyak perhatian lebih sehingga untuk membuat sebuah tulisan pun rasanya perlu waktu yang lama. Namun ya, ketika kita terbiasa mengungkapkan sesuatu lewat sebuah tulisan dan tatkala hal itu jarang kita lakukan lagi maka saat itulah kita akan merasakan ada sesuatu yang kurang dalam hidup kita. Bukan kah begitu? J

Ya, saat ini aku membuat tulisan ini untuk bercerita. Aku ingin berbagi dengan kalian apa yang ku rasakan dan apa yang telah terjadi pada ku beberapa waktu belakangan ini. Aku membuat tulisan ini bukan untuk sekedar pamer atau apalah namanya itu. Seperti tulisan-tulisan ku sebelumnya, aku hanya ingin berbagi kisah dan jika ada yang merasakan hal yang serupa dan menjadikannya sebagai sebuah bahan refleksi diri, atau ada yang dapat dijadikan pelajaran bagi kalian, maka di sanalah suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi ku, bukan pujian, prestise atau apapun hal lain yang berbeda bentuknya. Bukan, bukan itu.Sebuah kisah untuk berbagi dan dijadikan pelajaran untuk perbaikan diri kita ke depannya, itulah yang ku inginkan. Hei, ini adalah sebuah catatan perjalanan jadi mari kita hentikan basa-basi kita. Mari menceritakan kisah nyata yang lain. Bukan kah sebaiknya begitu? ;)

Yups, ini adalah sebuah catatan perjalanan ku saat aku telah beranjak semakin dewasa dan di antara teman-teman seusia ku hingga yang usianya di bawah ku mulai bertemu dengan jodohnya masing-masing dan mengikat kehidupan mereka dalam sebuah janji suci untuk memperjuangkan perjalanan sehidup-semati mereka. Ya, catatan ini terinspirasi dari kisah nyata saat orang-orang di sekitar mu telah menemukan jodoh mereka dan memutuskan untuk menikah, sementara di saat yang sama kamu masih mencari “dia”, seseorang yang engkau yakini tercipta untuk mu dan akan menjadi satu-satunya untuk mu. Bagaimana itu bisa terjadi? Inilah sepenggal kisah yang ingin ku ceritakan kepada mu. Semoga kalian dapat belajar darinya.

Saat satu persatu teman, sahabat, dan keluarga kita telah menemukan jodohnya dan menikah dengannya serta berbahagia karenanya, tentunya kita akan turut merasakan kebahagiaan itu, kegembiraan itu hingga rasa haru karena telah dapat bertemu dengan sang penggenap separuh agama kita. Ya, menikah adalah salah satu jalan untuk menyempurnakan separuh agama kita (dalam Islam kami yakini seperti itu).Karena itulah, manalah mungkin kita tidak berbahagia akan berita itu. Manalah mungkin kita akan menghalangi jalan itu, jika di antaranya kedua belah pihak tidak saling menyakiti dan melukai pihak satu sama lain atau bahkan pihak yang lain? Untuk apa kita berusaha merusak kebahagiaan orang lain jika kita tidak ada alasan untuk melakukan itu dan jika taka da pihak lain yang menentangnya? Ya untuk apa semua itu jika kita bisa saling berbagi kebahagiaan dan kegembiraan dengan yang lain? Ikutlah berbahagia dengan mereka dan buatlah mereka senang dengan kehadiran mu di antara kebahagiaan mereka. Itu akan lebih baik jika kita dapat menyenangkan orang lain dan saling berbagi kebahagiaan. Bukankah begitu? J

Kembali ke topik utama. Back to the main topic. Saat orang-orang di dekat kita telah menggenapi separuh agamanya, tentunya kita akan turut bahagia dengan semua itu. Akan tetapi, terkadang ada imbas yang perlu kita rasakan setelahnya, apalagi jika kita menyandang status “single”, “jomblo” atau sebangsanya. Pernah kah kalian mendapat kondisi seperti itu?Jika iya, pernahkah kalian mendapatkan pertanyaan dan komentar seperti, “Kapan nikah?”, “Calonnya orang mana?”, “Ngga niat untuk nyusul?”, “Kamu nanti acaranya dimana? Konsepnya seperti apa?”, “Udah jangan lama-lama. Segera nyusul ya.”, “Eh, ingat loh. Nanti aku diundang ya di acara nikahan kamu.”, atau “Kamu ngga iri sama si pengantin?” dan pertanyaan dan komentar semacamnya. Bagi yang sering pergi ke acara nikahan dan banyak kenalan dan kerabatnya, pertanyaan dan komentar seperti itu adalah hal yang biasa dan sering ditemukan.Hanya kita perlu telinga serta kulit wajah yang tebal untuk menghadapi serbuan berbagai situasi seperti itu.Bukannya jengah, namun terkadang semua itu membuat kita merasa seakan mengatur sebuah pernikahan adalah hal yang sangat gampang dan bisa dilaksanakan kapan serta dimana saja.Hei, helloooooow, untuk mengatur sebuah tidak hanya bermodal daun pisang dan daun mangga saja loh. Helloooooooow, mengatur sebuah pernikahan itu butuh modal yang besar dan lebih apalagi modal keberanian untuk berbicara kepada orang tua, keluarga, teman, calon pasangan serta kerabat yang lain. Hellooooooow, pernikahan itu bukan hanya untuk sehari – dua hari, akan tetapi butuh sebuah komitmen yang kuat untuk menguatkan pondasi rumah tangga mereka agar kokoh hingga waktu yang lama, bahkan jika bisa hingga maut yang memisahkan. Haiiiiiiiii, pernikahan itu tidak hanya melibatkan dua orang yang akan menjadi pasangan suami – istri saja loh, akan tepai dua keluarga besar dari kedua belah pihak serta pihak-pihak lain yang dipilih untuk membantu kelancaran ijab qabul hingga resepsi pernikahan (jika ada) tersebut loh. Heeeeiiiiii, bukan kah begitu? J

Hei jujur, aku sering mendapatkan dan mendengarkan pertanyaan-pertanyaan dan komentar-komentar yang serupa.Dan bukannya aku lelah dengan semua itu.Bukan, bukan demikian.Akan tetapi, itu hanya membuat ku berfikir dan mengintrospeksi diri ku sendiri, “Apakah orang-orang ini tidak meyakini akan takdir yang telah ditentukan oleh ALLAH SWT.? Apakah orang-orang ini tidak meyakini bahwa kita akan bertemu dengan jodoh kita masing-masing di waktu, tempat, cara dan situasi yang tepat?”.Ya, semua itu membuat ku banyak berfikir dan mengoreksi diri ku sendiri.Terkadang bahkan membuat ku berfikir, “Apa ada yang salah dengan ku?Apa saja yang kurang dari diri ku? Mengapa saat ini belum bertemu juga dengan jodoh yang tepat?”.Namun sekali lagi aku kembali pada keakinan awal ku, “Jodoh itu kita yang mengusahakan akan tetapi hanya ALLAH SWT.yang dapat menentukan kita berjodoh dengannya atau tidak. Semua akanada watunya.” Ya, itulah keyakinan diri ku sendiri yang membuat ku lebih kuat dan lebih tegar menghadapi pertanyaan dan komentar yang beraneka ragam.Tentu, saat mereka menyatakan hal tersebut aku tidak dapat mengeluarkan kata-kata seperti itu secara gamblang dan yang tercipta hanya sebuah senyuman di bibir (yang ku usahakan seindah mungkin agar tidak merusak suasana hati sendiri) dan sebuah komentar “Jodoh, hidup, mati, dan rejeki hanya ALLAH SWT.yang tahu. Jadi, jalani saja hidup ini apa adanya. Semua akan ada dan akan indah pada waktunya.”. Ya, sebuah jawaban yang mungkin terdengar klise namun bagi ku itu bermakna yang dalam dan setidaknya akan menghindarkan kita dari berbagai pertanyaan yang lain. Namun, terkadang juga kita menemukan sebuah situasi dimana si penanya tetap kekeuh mengajukan pertanyaan dan komentar tambahan, “Aduuuh, memang tunggu apa lagi? Jangan kelamaan loh.”.Hei, aku juga ingin menikah sesegera aku telah menemukan calonnya.Tapi, ya itu. Untuk menemukan seseorang yang nantinya akan menjadi pendamping hidup mu, separuh jiwa mu, belahan hati mu, dan alasan mu untuk terus memperjuangkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, tidak semudah membalikkan telapak tangan, tidak semudah ketika kita melihat seseorang yang kita sukai lantas kita mengatakan, “Aku suka pada mu. Mau kah engkau menikah dengan ku?”.Hei, tidak seperti itu caranya. Ini bukan negeri dongeng, kawan, yang kisahnya tidak butuh banyak perjuangan dan akhirnya akan selalu bahagia. Hei, bangun dari khayal mu dan sadari dunia nyata tidak seperti itu.Dunia nyata butuh keberanian yang besar untuk dapat menyampaikan hal yang seperti itu.Mengapa?Karena kita manusia biasa. Terkadang kita gugup ketika bertemu dengan orang lain, terkadang bibir kita kelu saat ingin mengucapkan sesuatu, dan terkadang apa yang ingin kita sampaikan maknanya tidak mengena pada orang yang kita ajak bicara. Hei, bukan kah seperti itu kenyataaanya? ;)

Aku bukannya hanya ingin mengejar karir dan tidak ingin segera menikah. Bukan, bukan seperti itu kawan. Hanya saja saat ini aku belum menemukan orang yang tepat. Pernah hampir aku mendapatkan sosok seperti yang ku inginkan, akan tetapi karena kesalahan dan kebodohan ku dalam menilai kelebihan dan kekurangan seseorang maka dia ku lepaskan. Sungguh, saat itu adalah saat dimana aku benar-benar merasa bodoh sebagai seorang perempuan dan saat itu pula aku merasa ada ruang kosong yang besar yang ia tinggalkan. Ya, mengutip kata-kata Darwis Tere Liye dalam beberapa novelnya (termasuk novel “Rembulan Tenggelam Di Wajah Mu”) yang kurang lebih bunyinya seperti ini “Ada seseorang yang ketika ia pergi, maka ia akan membawa sepotong hati mu”.Seperti itulah yang ku rasakan saat aku melakukan kekhilafan itu dan saat ia berlalu pergi dari lembar hidup ku. Saat aku menyadari kenyataan itu, aku merasa sangat bersalah dan merasa tak sanggup untuk bertemu dengannya. Bukannya karena sakit hati akan tetapi karena rasa segan dan malu. Aku memang masih memikirkannya dan terkadang masih ada keinginan untuk bertemu dengannya, namun aku merasa jika aku sudah tidak punya hak lagi untuk melakukan hal-hal tersebut.Aku sudah tidak berhak lagi untuk memikirkannya apalagi untuk menyakiti hatinya. Aku hanya merasa berkewajiban untuk mendo’akan kebahagiaan serta jodoh terbaik untuknya dan mendapatkan yang lebih baik dari ku agar ia dapat menciptakan keluarganya sendiri yang Sakinah, Mawaddah wa Rahmah dunia dan akhirat. Ya, aku merasa hanya dapat melakukan itu karena itulah yang tersisa dari keyakinan diri ku untuknya.Aku tidak ingin merusak masa depannya lagi.Maka jika aku tersadar akan kenyataan ini, aku hanya berharap akan kebahagiaannya dan aku juga meyakini “ Akan Ada Seseorang yang Lain yang Akan Membawakan Sepotong Hati yang Baru Untuk mu “. Ya, aku meyakini hal tersebut dan terus meyakini akan kehadiran seseorang yang bersedia membawa sepotong hatinya untuk ku dan menggantikan sepotong hati yang telah hilang tadi. I believe it and I’m sure ALLAH knows what thing that I need to be happy. Aku yakin dan aku percaya ALLAH tahu apa saja yang aku butuhkan untuk emnjadi bahagia. ALLAH SWT. Tahu apa yang ku butuhkan dan tahu apa yang terbaik untuk diri ku. ALLAH SWT.knows what I need dan knows what the best thing for myself.Aku berharap kalian setidaknya juga memiliki keyakinan yang serupa, taua paling tidak keyakinan yang besar kepada ALLAH SWT.dan takdir yang telah IA tetapkan untuk kita. Believe it and keep fight for it. ^_^

By the way, tulisan ku ini sepertinya sudah cukup panjang. Entah adakah pelajaran atau hal menarik yang kalian dapatkan dari tulisan ini namun aku sangat berharap jika ada manfaat yang dapat aku bagikan kepada kalian dari pengalaman ku ini. For the last, I want to wrote some else for us. J
1.   Untuk ku, jika ada yang mengatakan suka pada ku, aku hanya butuh untuk saling mengenal satu sama lain tanpa ikatan apapun (selain pertemanan) dan jika memang dia telah yakin pada ku maka akan lebih baik jika dia ku antarkan untuk bertemu, mengenal dan saling berbincang dengan orang tua ku, keluarga ku serta kerabat terdekat ku. ;)
2.   Untuk mu para perempuan, jika ada seorang lelaki yang mengatakan “Aku suka pada mu”, jangan langsung terbuai akan kata-kata nan indah dan penuh rayuan seperti itu. Sadarkan diri mu akan seberapa besar ia mengenal mu. Berikanlah senyum terbaik mu dan katakan padanya “Terima kasih. Silakan buktikan kata-katanya dan kenali lah aku lebih dekat dari orang-orang terdekat ku”. Orang yang betul-betul menyukai kita tidak hanya akan sekedar kata. Akan lebih baik jika kata “suka” itu karena ia telah mengenal kelebihan dan kekurangan kita serta telah berniat untuk menjaga dan membimbing kita ke jalan yang lebih baik, bukan sebaliknya. J
3.     Untuk mu para lelaki, jika engkau menyukai seorang perempuan, jangan hanya karena fisiknya saja. Cobalah kenali mereka dari orang-orang terdekat mereka seperti orang tua, saudara, keluarga, sahabat serta orang-orang terdekat lain yang telah mengela mereka dengan lebih baik. Jika memang benar engkau suka mereka, simpan kata suka itu hingga engkau dapat melamar mereka dan mengikat mereka dalam sebuah pernikahan. Jika tidak, buang jauh-jauh kata suka itu karena itu tidak akan banyak gunanya. J
4.  Untuk kalian yang sudah cukup dewasa dan telah dapat berfikir matang, jika kalian mendapat pertanyaan “Kapan nikah?”, tersenyumlah dan jawablah “Jodohnya masih belum dipertemukan oleh ALLAH SWT. saat ini. Insya ALLAH nanti akan ada waktu, cara, tempat dan kondisi yang tepat saat aku dipertemukan dengannya.” Cobalah lakukan itu dan yakinkan dalam hati mu kata-kata tersebut karena hanya ALLAH SWT. yang Maha Tahu dan Maha Pengatur. ALLAH SWT. yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kita dan akan memberi apa yang kita butuhkan, bukan sebatas apa yang kita inginkan. Believe it. ;)


~ Keep smile, try, pray, believe, then let it fly away ~

Tidak ada komentar: